Mengenal Limbah Elektronik (E-waste) dan Dampaknya bagi Lingkungan

Perangkat-perangkat canggih seperti smarthpone, laptop, tablet, dan komputer sudah tidak asing lagi di kehidupan masyarakat era modern. Penggunaannya yang mudah dan membantu pekerjaan manusia membuat perangkat-perangkat tersebut digemari dan dengan mudah menjadi bagian dari celah-celah kehidupan manusia setiap harinya.

Terdapat berbagai jenis dan merek perangkat elektronik canggih yang dapat dijumpai dan diperjual-belikan secara bebas. Kini, perusahaan produsen perangkat-perangkat canggih pun berbondong-bondong menghasilkan berbagai produk pintar untuk menggaet minat masyarakat, dan tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat pun akan semakin tergoda dengan kemunculan berbagai perangkat pintar yang ditawarkan, dan hal ini dapat memicu adanya perilaku konsumerisme pada masyarakat.

Perilaku konsumerisme ini pun dapat menjadi ancaman terhadap lingkungan, dikarenakan penggunaan perangkat elektronik yang meningkat dapat menimbulkan peningkatan pula pada jumlah limbah elektronik atau yang dapat disebut juga dengan E-waste. Produk-produk canggih yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu penyumbang limbah elektronik. Jurnal Universitas Airlangga tahun 2020 pun menyebutkan bahwa konsumerisme terhadap perangkat teknologi juga mengancam kelestarian lingkungan karena berpotensi menghasilkan banyak sampah elektronik. Kompleksitas permasalahan ini meningkat dengan adanya fakta bahwa konsumerisme terhadap gawai justru didorong oleh aktivitas sebagai produsen. Korporasi secara masif menciptakan dan memasarkan produknya di berbagai belahan dunia. Aktivitas inilah yang kemudian mendorong terjadinya konsumsi secara terus menerus oleh masyarakat luas.

Apa itu E-waste?

Limbah elektronik atau E-waste merupakan sampah yang dihasilkan dari berbagai perangkat elektronik seperti komputer, laptop, tablet, dan smartphone atau peralatan elekronik rumah tangga seperti kulkas, televisi, mesin cuci, dan lainnya. Perangkat-perangkat elektronik yang telah rusak dan tidak terpakai lagi nantinya akan menjadi limbah elektronik yang mengandung bahan-bahan berbahaya bagi lingkungan bahkan kesehatan manusia.

Dikutip dari laman waste4change.com, limbah elektronik ini tergolong dalam jenis sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti litium, timbal, nikel, merkuri, dan berbagai bahan berbahaya lainnya. Berdasarkan ata The Global E-waste Monitor 2024, produksi tahunan limbah elektronik di seluruh dunia meningkat sebanyak 2,6 juta ton setiap tahunnya, dan diperkirakan mencapai 82 ton pada tahun 2030, yaitu peningkatan sebesar 33% dari angka pada tahun 2022.

Kementrian Lingkungan Hidup (KLHK) dalam kegiatan webinar memperingati “Internationar E-Waste Day” tahun 2021 memaparkan bahwa potensi timbunan limbah elektronik di Indonesia sangat besar, mengingat Indonesia merupakan negara terpadat keempat dan merupakan salah satu konsumen elektronik terbesar di dunia, Indonesia berpotensi menyumbangkan sampah elektronik yang cukup signifikan. Dalam jurnal Universitas Negeri Sebelas Maret, data KLHK juga menginformasikan timbunan limbah elektroik di Indonesia tercatat mencapai sekitar 2 juta ton pada tahun 2021, dengan pulau Jawa menyumbang sebanyak 56 persen, sementara 22 persen berasal dari pulau Sumatera dan lainnya terbagi dari seluruh daerah di Indonesia.

Apa Saja Dampak E-waste?

Pembuangan serta pengelolaan limbah elektronik yang tidak tepat dapat memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Mengutip dari jurnal Universitas Negeri Gorontalo, berikut ini merupakan beberapa dampak negatif limbah elektronik:

•Pencemaran Udara, hal ini dapat terjadi ketika dilakukan proses pembakaran terhadap limbah elektronik. Bahan-bahan beracun yang terkandung dalam perangkat elektronik seperti timbal dan gas hidrokarbon yang dibakar akan menganggu kinerja syaraf otak dan dapat menyebabkan munculnya gangguan penyakit seperti kejang-kejang bahkan menyebabkan kematian jika dihirup oleh manusia.

•Pencemaran Air dan Tanah, dapat terjadi karena perangkat elektronik mengandung bahan dan unsur-unsur berbahaya seperti logam berat beracun yang dapat menganggu keseimbangan makhluk hidup. Jika logam berat tersebut mencemari tanah, maka dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan merugikan makhluk hidup di sekitarnya.

Pada dasarnya, pembuatan perangkat elektronik seperti smarthpone, laptop, tablet, dan komputer membutuhkan berbagai macam material yang diambil dari sumber daya alam di berbagai dunia. Perilaku konsumerisme masyarakat dapat mendukung berbagai perusahaan produsen perangkat elektronik untuk terus memproduksi produk-produk mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut akan terus menggerus dan mengekploitasi sumber daya alam yang mereka butuhkan, dan hal tersebut dapat membuat semakin tipisnya cadangan sumber daya alam terkait dan mencemari kondisi lingkungan sekitar.

Dengan adanya hal tersebut, masyarakat modern diharapkan untuk bijak memakai perangkat-perangkat elektronik dan buanglah limbah-limbah elektronik pada tempat yang tepat.

Bagikan ke :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *