Kampung Tematik Desa Mulyaharja: Melestarikan Tradisi Pertanian Ramah Lingkungan di Era Modern

Green Mind Education | Kota Bogor – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan industrialisasi, sebuah kampung tematik di Desa Mulyaharja, Kota Bogor, mempertahankan warisan pertanian organik yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat selama bertahun-tahun. Dengan kembali ke akar tradisional, kampung ini menjadi contoh nyata dalam upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan di era modern. Rabu, (5/07/24)

Muhammad Aning, Ketua Kelompok Tani Dewasa (KTD) Lemah Duhur, menjadi sosok sentral dalam gerakan ini. Melalui pengalamannya yang panjang sebagai petani, beliau meyakini bahwa metode pertanian tradisional yang diajarkan oleh leluhur adalah kunci untuk menjaga kesuburan tanah dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

“Kata orang tua dulu, kita jangan menggunakan pupuk kimia. Dulu juga tidak menggunakan pupuk kimia, namun tanah tetap subur. Jadi, gunakanlah yang ada dari alam, dan kembalikan semuanya ke alam,” ujar Aning, mengutip nasihat leluhur yang dipegang teguh oleh kelompok petaninya.

Menurut data Dinas Ketahanan Pangan Kota Bogor, saat ini terdapat 23 hektar lahan persawahan di Desa Mulyaharja, dengan 3 hektar yang sudah sepenuhnya organik dan 2 hektar lainnya dalam proses sertifikasi. Meskipun sebagian lahan masih non-organik, kelompok tani tetap menghindari penggunaan pestisida yang berbahaya.

Selain menjaga kelestarian lingkungan, pertanian organik juga membawa manfaat bagi kesehatan masyarakat. Aning menekankan bahwa beras organik yang diproduksi di Desa Mulyaharja dijual tanpa campuran bahan kimia dan diolah sesuai standar organik. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang semakin sadar akan pentingnya mengonsumsi makanan sehat dan bebas dari residu berbahaya.

Pelestarian

Upaya melestarikan pertanian organik di Desa Mulyaharja tidak hanya melibatkan para petani, tetapi juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Bogor dan lembaga pendidikan seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Polbangtan. Kerjasama ini meliputi pemberian bantuan teknis, pelatihan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendukung.

Meski menghadapi tantangan seperti biaya sertifikasi yang tinggi dan ancaman alih fungsi lahan, kelompok petani di Desa Mulyaharja tetap bersemangat dalam menjaga warisan pertanian organik. Aning mengungkapkan bahwa tanpa adanya kelompok tani, lahan persawahan di wilayah ini kemungkinan besar akan beralih fungsinya menjadi perumahan dan gedung-gedung.

Keberhasilan Desa Mulyaharja dalam mempertahankan pertanian organik telah menuai apresiasi dari berbagai pihak. Pada tahun 2016, 2019, dan 2022, kampung tematik ini meraih penghargaan dari Wali Kota Bogor atas prestasinya dalam melestarikan kearifan lokal dan menjaga kelestarian lingkungan.

(Desa Mulyaharja/ Foto: Green Mind Edu)

Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan ramah lingkungan, pertanian organik di Desa Mulyaharja menjadi semakin relevan dan menjanjikan masa depan yang berkelanjutan. Kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi ini menjadi bukti bahwa tradisi dan modernisasi dapat berjalan beriringan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Penulis | Editor : Ina Elfita Rahmawati

Bagikan ke :

One thought on “Kampung Tematik Desa Mulyaharja: Melestarikan Tradisi Pertanian Ramah Lingkungan di Era Modern

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *