Greenmind, Bogor – Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bogor memperkenalkan model ekonomi sirkular dalam sektor pertanian. Konsep ini mengintegrasikan pertanian, peternakan, dan pengolahan limbah untuk menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat. Program tersebut disampaikan dalam kegiatan Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ke-189 di Stadion Pakansari, Cibinong, Jumat (20/9/2025).
Yusuf, perwakilan DKP Kabupaten Bogor, menjelaskan bahwa limbah peternakan ayam, seperti kotoran, tidak lagi dianggap sebagai masalah, melainkan sumber daya baru. “Kotoran ayam bisa kita olah jadi pupuk kompos untuk sayuran. Dengan begitu, peternakan mendukung pertanian, dan pertanian ikut memperkuat ketahanan pangan. Semua saling terhubung,” ujarnya.

Menurutnya, konsep ini juga mendukung pertanian ramah lingkungan. Hasil pertanian hidroponik yang dipadukan dengan pupuk organik dari limbah ternak menghasilkan produk yang lebih sehat dan bernilai tinggi di pasaran. “Kalau di pasar tradisional sayur bisa dihargai Rp2.000 per kilogram, hidroponik bisa Rp16.000–Rp20.000. Dengan integrasi pengelolaan limbah, nilai tambahnya semakin besar,” tambah Yusuf.
Selain itu, DKP juga mengembangkan kawasan edukasi Taman B2SA sebagai percontohan sistem ekonomi sirkular ini. Di dalamnya terdapat praktik hidroponik, akuaponik, serta peternakan ayam petelur modern yang ramah lingkungan. Masyarakat dan pelajar bisa belajar bagaimana setiap sektor saling menopang sehingga tidak ada yang terbuang.
“Melalui Taman B2SA, kami ingin menunjukkan bahwa pertanian dan peternakan bisa berjalan beriringan. Limbah yang dulu dianggap masalah kini bisa jadi solusi,” tegas Yusuf.
DKP Kabupaten Bogor berharap konsep ekonomi sirkular ini dapat menjadi model pengembangan pertanian berkelanjutan sekaligus membuka peluang usaha baru bagi masyarakat, terutama generasi muda yang ingin terjun ke sektor pangan.