Greenmind, Jakarta – Krisis sampah mengintai Jakarta. Setiap hari, ibu kota menghasilkan lebih dari 7.500 ton sampah yang sebagian besar ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi. Kini, gunungan sampah di lokasi tersebut telah mencapai ketinggian 59 meter dan mendekati batas kapasitas.
Kondisi itu menimbulkan keresahan warga sekitar. Bau menyengat masuk ke permukiman, sementara ancaman longsor sampah dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Untuk mengantisipasi keadaan darurat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyiapkan sejumlah strategi pengelolaan sampah. Program yang berjalan antara lain bank sampah, budidaya maggot, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih, Refuse-Derived Fuel (RDF) di Bantar Gebang, serta RDF Plant di Rorotan, Jakarta Utara.
Khusus RDF Plant Rorotan, fasilitas ini dirancang dengan standar keamanan tinggi. Teknologi yang digunakan menjaga udara tetap bersih, sistem penetral mengurangi bau, serta desain berlapis untuk menekan dampak lingkungan.
Selain itu, Pemprov DKI menekankan pentingnya komunikasi dengan warga. Setiap proses pengelolaan dilakukan secara terbuka untuk memastikan keresahan masyarakat terjawab dengan solusi nyata.
“RDF Rorotan bukan hanya pabrik pengolah sampah, tetapi juga upaya menghadirkan ketenangan bagi warga. Sampah berkurang, lingkungan lebih sehat,” tulis Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta dalam akun Instagram resminya.
Pemprov berharap dukungan masyarakat menjadi kunci keberhasilan fasilitas ini sebagai tonggak pengelolaan sampah berkelanjutan di Jakarta.
Sumber: Instagram/Dinas LH DKI Jakarta
perlu adanya penambahan lokasi atau pengolahan sampah yang baik agar tidak jadi penumpukan seperti yang terjadi saat ini