Kenaikan harga beras belakangan ini bikin banyak orang resah. Beras yang selama ini jadi makanan pokok masyarakat Indonesia terasa makin mahal dan membebani dapur rumah tangga. Padahal, negeri kita kaya sekali dengan sumber pangan lokal yang bisa jadi alternatif, salah satunya sagu.
Sagu bukan cuma makanan tradisional, tapi juga punya potensi besar untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Harganya terjangkau, jumlahnya melimpah, dan bisa diolah jadi beragam makanan lezat. Lalu, kenapa sagu jarang dilirik? Yuk, kita gali lebih dalam!
Budaya Konsumsi Sagu di Indonesia
Sagu sudah lama jadi makanan pokok di berbagai daerah Indonesia seperti Papua, Maluku, Riau, hingga Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat. Tanaman ini tumbuh subur di daerah lembap seperti rawa dan tepi sungai, bahkan tanpa perlu ditanam secara intensif.
Bagi masyarakat penghasil sagu, pangan ini bukan sekadar sumber karbohidrat, tapi juga bagian dari budaya. Sagu hadir dalam ritual adat, simbol solidaritas, hingga identitas etnis. Jadi, selain mengenyangkan, sagu juga menyimpan nilai tradisi yang kaya.
Potensi Sagu di Indonesia
Tahukah kamu? Indonesia punya lahan sagu terbesar di dunia. Data Badan Pangan Nasional menyebutkan, ada sekitar 5,5 juta hektare lahan sagu dari total 6,5 juta hektare di dunia. Menariknya, 5 juta hektare di antaranya ada di Papua!
Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian kecil lahan sagu yang dikelola untuk kebutuhan pangan masyarakat maupun industri. Kalau potensi ini digarap serius, sagu bisa jadi solusi nyata untuk mengurangi ketergantungan kita pada beras.
Ragam Olahan Sagu: Dari Papeda sampai Ongol-ongol

Kalau mendengar kata sagu, kebanyakan orang langsung ingat dengan papeda, makanan khas Papua yang punya tekstur lengket seperti lem. Tapi ternyata, olahan sagu jauh lebih beragam.
Salah satu yang menarik adalah ongol-ongol, jajanan tradisional berbahan tepung sagu, dimasak dengan gula merah, lalu ditaburi kelapa parut. Rasanya manis, gurih, dan teksturnya kenyal lembut. Proses pembuatannya pun cukup sederhana.
Selain ongol-ongol, masih banyak lagi kreasi makanan berbahan sagu yang bisa dieksplor, mulai dari kue basah, mie sagu, hingga camilan kekinian.
Strategi Pemanfaatan Sagu sebagai Alternatif Pangan
Supaya sagu benar-benar bisa jadi alternatif pengganti beras, tentu perlu usaha bareng-bareng. Pemerintah bisa ikut turun tangan dengan mendukung program diversifikasi pangan dan mengembangkan industri pengolahan sagu.
Di sisi lain, para pelaku usaha juga punya peluang besar untuk berkreasi menciptakan kuliner berbasis sagu yang lebih modern, enak, dan menarik buat generasi muda. Tapi semua itu nggak akan jalan kalau masyarakat sendiri belum terbiasa mengonsumsi sagu. Makanya, perlu ada edukasi dan promosi yang terus dilakukan agar orang makin paham kalau sagu bukan cuma makanan tradisional, tapi juga sumber karbohidrat sehat dan murah meriah. Kalau semua pihak bergerak bersama, sagu bisa jadi bintang baru di meja makan orang Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan kita pada beras.